HELLOO :) WELCOME TO Listia's BLOG . SEMOGA BERMANFAAT :)

Kamis, 03 Februari 2011

SIFAT-SIFAT TERPUJI


BAB IV
SIFAT-SIFAT TERPUJI
A.   ADIL
Adil artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya, tidak memihak antara yang satu dengan yang lain. Menurut istilah, adil adalah menegaskan sesuatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama.
Jadi, keadilan ialah suatu perbuatan yang berusaha meletakkan sesuatu pada tempatnya atau lawan dari zalim. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu. Firman Allah surah An-Nisa’ ayat 135 yang artinya :
"Wahai orang-rang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."
Maksud dari berlaku Adil ialah dalam memutuskan perkara disesuaikan dengan amal perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin atau kaya, siapa yang bersalah harus dihukum. Karena Allah Yang Maha Adil membebani hukum kepada hamba-Nya disesuaikan dengan kemampuannya, dan di dalam menjatuhi atau memutuskan hukuman disesuaikan dengan apa yang pernah diperbuatnya. Perhatikan firman Allah surah An-najm ayat 39-42 yang artinya :
"Dan bahwasanya seorang tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelah akan diperlihatkan (kepadannya). Kemudian akan diberikan balasannya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)."
Berdasarkan ayat di atas, dapat diambil pelajaran bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menegakkan keadilan, walaupun terhadap ibu, bapak, kaum kerabat, bahkan terhadap dirinya sendiri. Dalam ayat lain Allah berfirman surah An-Nisaa’ ayat 58 yang artinya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Sebagai pemimpin dan hakim, Rasulullah SAW. menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya. Hal ini beliau contohkan dalam hadisnva yang artinya "Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya." (HR. Bukhari)
Di dalam hadis yang lain beliau bersabda yang artinya"Sesungguhnya Allah beserta para hakim selama hakim itu tidak curang. Apabila ia telah curang Allah pun menjauh dari hakim itu mulailah setan menjadi teman yang erat bagi hakim itu." (HR. At-Turmudzi)
Dari keterangan ayat-ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa keadilan merupakan sendi pokok ajaran Islam yang harus ditegakkan. Dengan ditegakkan keadilan dalam segala hal, akan menjamin segala urusan menjadi lancar. Sebaliknya, apabila keadilan dikesampingkan dan diabaikan akan berakibat perpecahan dan kehancuran di kalangan umat.
Apakah manfaat dan keutamaan dari orang yang berlaku adil,jawabannya yaitu :
a.       membuat orang disenangi sesamanya,
b.      memberi ketenangan dan ketenteraman hidup,
c.       mendatangkan Ridha dari karena telah mengerjakan perintah-Nya,
d.      mendapatkan pahala di akhirat kelak, dan
e.       meningkatkan semangat kerja.
Macam-macam perilaku Adil :
Berlaku adil dapat diklasifikasikan kepada 4 bagian, yaitu :
1.      Berlaku adil kepada Allah, yakni menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang memiliki kesempurnaan. Kita sebagai makhluknya harus senantiasa tunduk dan patuh pada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2.      Berlaku adil terhadap diri sendiri, yakni menempatkan diri pribadi pada tempat yang baik dan benar. Diri kita harus terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan, tidak menganiaya diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu yang akibatnya dapat mencelakakan diri sendiri.
3.      Berlaku adil terhadap orang lain, yakni menempatkan orang lain pada tempat dan perilaku yang sesuai, layak, benar memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti dan dan merugikan orang lain.
4.      Berlaku adil terhadap makhluq lain, yakni memperlakukan makhluk Allah yang alin dengan layak dan sesuai dengan syari’at Islam dan menjaga kelestarian dengan merawat dan menjaga kelangsungan dengan tidak merusaknya.
Menunjukkan sikap adil kepada orang lain dapat dilakukan dengan beberapa hal :
1.      Patuh kepada perintah allah dan Rasulnya
2.      Memberikan rasa aman kepada orang lain dengan sikap ramah dan santun
3.      Menciptakan suasana aman, edukatif dan rukun
4.      Bila bermitra harus saling menguntungkan dan bermanfaat bagi seluruh manusia dan makhluq serta dapat dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat
5.      Tidak angkuh, sombong, kikir, boros, iri dan dengki dalam bergaul sesama manusia
6.      Selalu berprasangka baik terhadap orang disekitarnya
7.      Selalu berbuat kebajikan dan tolong menolong terhadap sesama khususnya kepada fakir miskin dan anak yatim piatu
8.      Selalu berfikir dengan benar sebelum bertindak dan berbuat
9.      Tidak pilih kasih dalam bergaul
Selain itu, doa orang yang berlaku adil tidak akan ditolak oleh Allah. Nabi muhammad . Bersabda yang artinya "Tiga orang yang tidak ditolak do'a nya : Orang yang sedang puasa sehingga ia berbuka, pemimpin yang yang adil, dan orang yang teraniaya. Allah mengangkat do'a mereka keatas awan, dan dibuka untuk do'a itu segala pintu langit, serayaberfirman : "Demi kebesaran-Ku, sesungguhnya Aku akan menolong engakau, walau pertolongan-Ku Aku berikan pada masa kelak."(HR. Ahmad)
Orang yang melakukan keadilan mempunyai keutamaan sebagai berikut :
1.      Terhadap diri sendiri, dapat seimbang antara:
a.       doa dengan usahanya;
b.      karunia dengan ibadahnya;
c.       dunia dengan akhiratnya.
2.      Terhadap orang lain, memperlakukan manusia sebagaimana mestinya dan memandang sama serta memperhatikan kewajiban dan haknya.
3.      Menciptakan ketenteraman dalam kehidupan masyarakat. Sebab, menegakkan keadilan berarti menegakkan hukum perundang- undangan, peraturan, dan tata tertib.

Bersikap adil hendaknya meliputi segala aspek kehidupan, baik hukum, hak dan kewajiban, maupun dalam hal bergaul. Bahkan, dalam berbicara pun hendaknya bersikap adil.
Apabila keadilan telah tertanam dan dijalankan oleh setiap manusia dalam segala aspek kehidupan, ketenangan dan kebahagiaan akan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Karena pentingnya arti keadilan, Allah memerintahkan agar setiap manusia berbuat adil.
Berbuat sesuatu yang menyimpang dari keadilan berarti berbuat zalim (aniaya). Sedangkan penganiayaan dapal merugikan diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, penganiayaan termasuk perbuatan yang dilarang agama dan tidak disukai Allah. Kita dilarang berbuat zalim dan diperintahkan berbuat adil. Berbuat adil itu harus meliputi segala hal, baik dalam perkataan maupun perbuatan, baik tcrhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun lingkungan.

Terdapat tiga hal pokok mengenai pelaksaan keadilan yang harus diperhatikan manusia. Tiga hal itu sebagai berikut.
1.      Allah swt. Senantiasa melakukan pengawasan terhadap semua tindakan manusia apakah ia berlaku adil atau zalim.
2.      Allah swt. Melarang manusia berlaku sewenang-wenang karena bebci atau karena yang bersangkutan adalah musuh atau lawan.
3.      Allah swt. Memerintahkan manusia agar berbuat adil kepada siapapun sebab berbuat adil merupakan salah satu unsure yang mendekatkan kepada takwa.

B.   RIDHA

Ridha termasuk salah satu akhlak terpuji. Ridha artinya sudah merasa cukup dengan apa yang la miliki, baik harta maupun pekerjaan. Sebagian orang mungkin menganggap, sikap yang demikian termasuk akhlak yang buruk. Karena dengan merasa cukup terhadap apa yang dimilikinya itu maka akan menimbulkan kemalasan pada dirinya dan tidak man bekerja. Pandangan yang seperti itu adalah pandangan yang sesat dan keliru. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya supaya hidup malas. Ridha dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia, yang membuat seseorang lupa akan Allah dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat kelak. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak takut atas ancaman yang akan diterimanya sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas- batas norma agama. Maka, untuk menghindari hal itu, seorang muslim dituntut untuk bersikap Qanaah di dalam hidupnya.
Qanaah dalam pengertian yang luas mengandung arti:
a.       menerima dengan rela apa yang ada,
b.      menerima dengan sabar semua ketentuan Allah ,
c.       bertawakal kepada Allah ,
d.      memohon kepada Allah tambahan yang pantas yang disertai dengan usaha atau ikhtiar, serta
e.       tidak tertarik oleh tipu daya dunia
Maka jelaslah, Ridha itu berkaitan dengan sikap hati atau sikap mental dalam menghadapi apa yang kita miliki atau dalam menghadapi apa yang menimpa diri kita. Kita terima dengan rela apa yang ada, dan kita tcrima pula dengan tabah apa yang menimpa kita.
Tetapi, kita tetap bekerja sebagaimana mestinya dan tawakal kepada Allah. Apabila pekerjaan kita itu berhasil maka kita bersyukur kepada Allah, artinya kita diberi karunia nikmat dari-Nya. Adapun nikmat itu sedikit atau banyak, semuanya kita terima dengan senang hati. Sebaliknya, jika apa yang kita usahakan itu belum membawa keberhasilan maka kita terima juga ketentuan yang demikian itu dengan tabah dan sabar. Sebab, Tuhan kuasa untuk berbuat atas segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Kita tidak boleh sombong kalau sedang beruntung. Sebaliknya, kita juga tidak gelisah jika sedang merugi. Karena itu, sungguh beruntung bagi orang yang hatinya telah mencapai Qanaah.
Seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya "Berbahagialah bagi orang yang mendapat petunjuk untuk masuk Islam,sedang keadaan hisupnya sederhana, tetapi Qana’ah." (HR. Tarmudzi) Selain itu dalam hadis lain beliau juga bersabda yang artinya "Qanaah itu adalah harta yang tidak hilang dan simpanan yang tak akan lenyap." (HR. Thabrani dari Jabir)
Orang yang berjiwa Qanaah adalah orang yang merasa cukup dengan apa yang ia miliki. Orang yang memiliki jiwa Qana’ah itu ia akan bebas dan tidak terikat dengan segala sesuatu, sebab ia tidak mempunyai ambisi apa pun. Ia rela (Ridha) dengan kedudukan, harta, dan ilmu yang la miliki, sebab ia mempunyai keyakinan bahwa ini semua sudah menjadi kepastian . Karena itu, orang yang berjiwa Qanaah hidupnya akan tenteram, tidak tamak dan rakus. Semua pemberian yang berupa apapun ia terima dengan Ridha dan rasa syukur. Allah berfirman dalam surah Ibrahim yang artinya:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Jadi, orang yang mensyukuri nikmat Allah , niscaya allah akan menambahkan nikmat kepadanya. Tetapi, ada pula orang yang hidupnya selalu merasa kurang sehingga hidupnya gelisah dan tidak tenang. Maka, orang itu tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, karena itu la disebut kufur. Memang sebagian manusia ada yang hidupnya selalu merasa kurang, loba, tamak, dan tidak Qanaah. Sebagaimana Rasul SAW bersabda yang artinya:
"Andaikata sesorang itu sudah memiliki dua lembah dari emas, pastilah ia akan mencari yang ketiga (sebagai tambahan dari dua lembah yang sudah ada itu." (HR. Bukhari Muslim)
Berbeda dengan orang yang berjiwa Qanaah ia selalu mensyukuri nikmat Allah dan merasa cukup terhadap apa yang ada yang telah dimilikinya. Orang itu hidupnya tenang dan berserah diri kepada Allah. Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya Dari Abdullah bin Umar ra. Raul bersabda:
"Sungguh beruntung orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup serta merasa cukup dengan pemberian Allah kepadanya." (HR. Muslim)
Islam telah memberikan tuntunan kepada umatnya, sebenarnya kekayaan di dunia itu termasuk sedikit jika dibandingkan dengan pahala di akhirat. Seperti sabda Rasul yang artinya "Demi Allah, tiada berarti dunia ini apabila dibandingkan dengan akhirat melainkan seperti seseorang Yang memasukkan jari telunjuknya ke dalam laut lihatlah apa yang ia dapatkan." (HR. Ahmad)
Hadis di atas memberikan pengertian, dunia ini dengan segala isinya yang serba gemerlap tidak ada artinya jika dibandingkan dengan pahala di akhirat. Sama halnya dengan seseorang yang mencelupkan jari telunjuknya, apa yang ia dapatkan itu merupakan perumpamaan bagi dunia, sedangkan laut adalah akhiratnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 38:
" Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit."
Pengertian dunia itu sedikit jika dibandingkan dengan pahala di akhirat, yaitu pahala di akhirat sungguh lebih besar. Namun demikian, umat Islam tidak boleh meninggalkan hidup di dunia. Dunia adalah sebagai jalan dan alat untuk menuju akhirat. Ridha dapat berfungsi dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.

1.      Fungsi Ridha dalam kehidupan pribadi ialah :

a.       menjadikan seseorang hidupnya tidak tamak;
b.      menjadikan seseorang hidupnya berjiwa tenang, rela terhadap semua pemberian Allah , dan selalu mensyukuri semua nikmat yang dilimpahkan kepadanya;
c.       menjadikan seseorang dalam hidup di dunia ini untuk mencari kebahagiaan hidup diakhirat, dengan tetap berikhtiar.

2.      Fungsi Ridha dalam kehidupan bermasyarakat ialah :

a.       seseorang tidak tamak dan ambisi terhadap kekayaan & kedudukan yang dimiliki orang lain;
b.      seseorang tidak akan terperdaya oleh kemewahan hidup di dunia;
c.       seseorang akan suka menegakkan kalimat Allah .
Sifat lain yang berkait erat dengan ridha adalah sabar. Dilihat dari tingkatannya, sabar merupakan hal yang harus dicapai oleh seseorang sebelum ia sampai kepada sifat ridha.
           Imam Al-Gazali menjelaskan bahwa sabar mempunyai tiga unsure sebagai berikut.
1.      Ilmu adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sabar itu mengandung kemaslahatan dalam agama. Sabar akan membawa manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problem kehidupan.
2.      Hal adalah keadaan hati yang memiliki pengetahuan atau kesadaran tersebut. Hal terwujud dalam tingkah laku.
3.      Amal adalah terwujudnya hal (sabar) dalam tingkah laku.
Nabi Muhammad saw. Membagi kesabaran menjadi 3 macam. Tiga macam kesabaran itu adalah sebagai berikut.
1.      Sabar didalam menghadapi segala macam musibah..
2.      Sabar didalam mematuhi perintah Allah swt.
3.      Sabar didalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.

C.   AMAL SALEH
Amal shaleh maksudnya adalah berusaha melakukan perbuatan baik, berupaya
membantu saudara yang ditimpa musibah dan meringankan persoalan yang terjadi.
Amal shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain berlandaskan ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana firman Allah surah Al-Baqarah ayat 82 yang artinya :
” Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal didalamnya.”
Yang termasuk perbuatan amal shaleh di antaranya :
1.      Amal Jariyah : pekerjaan yang mendatangkan pahala karena memberikan manfaat kepada orang lain, seperti membangun tempat ibadah.
2.      Amal Ma’ruf : menyeru atau mengajak orang untuk berbuat kebaikan, baik secara lisan maupun dengan memberikan contoh tauladan dalam bentuk perbuatan langsung. Firman Allah dalam QS Ali Imran : 104 yang artinya :
” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
3.      Berbakti kepada orang tua
Keharusan berbakti kepada orang tua yang diajarkan dalam Islam sangatlah rasional, mengingat sedemikian besar jasa Ibu dan bapak dalam merawat dan menjaga anak-anak sejak dari kandungan hingga dewasa, sesuai dengan firman Allah QS. Isra : 23 yang artinya :
” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Amal shaleh kepada Allah seperti :
a.       Memulai suautu perbuatan baik dengan Basmalah dan mengakhirinya dengan Hamdalah
b.      Berniatlah dengan ikhlas karena Allah setiap perbuatan baik yang hendak kita lakukan dan jangan lupa berfikir dengan matang dan benar.
c.       Disiplin dalam beribadah dan beramal shaleh serta berdasarkan ilmu
d.      Selalu berzikir dan berdo’a kepada Allah setelah berusaha dan berikhtiar
e.       Bertawakkal dan bersabar serta bersyukur kepada Allah.
Amal shaleh terhadap diri sendiri misalnya :
a.       Beribadah dan beramal shaleh kepada Allah
b.      Tidak membiarkan diri jatuh kepada dosa, kebinasaan dan kehancuran seperti judi, zina, mencuri, Narkoba, merokok, merampok dan pembunuhan dan lain-lain.
c.       Saling membantu dan mengurangi penderitaan orang lain karena Allah
d.      Menjauhkan sikap tercela seperti buruk sangka, iri, dengki, kikir, boros, adu domba dalam bergaul sesama manusia
e.       Menjauhkan sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis, penakut, tergesa-gesa dan sikap atau sifat yang jelek lainnya di buang dalam diri.
Dilihat dari bentuknya amal saleh ada dua macam, yaitu amal batiniah dan amal lahitiah.
1.      Amal batiniah
Amal batiniah adalah amal yang dilakuakn oleh hati. Beberapa contoh amal batiniah adalah sebagai berikut.
a.       Beriman, yakni meyakini dengan sepenuh hati akan keesaan Allah swt., keberadaan malaikat, para rasul, kitab-kitab Allah swt., hari akhir, serta qada dan qadar. Hal itu dijelaskan dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 25 yang artinya :
Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
b.      Bersabar, yaitu kuat dan tenang hati dalam menghadapi segala cobaan.
c.       Berniat, yaitu menentukan maksud atau tujuan dilakukannya suatu perbuatan. Niat akan menentukan apakah suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai ibadah atau bukan.
d.      Bertawakal, yaitu berserah diri kepada kehendak Allah dan menerima segala ketentuan-Nya dengan senang hati.
e.       Ikhlas, yaitu ketulusan hati untuk menerima segala ketetapan Allah swt.
f.       Berani, yaitu hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Rasa berani juga akan menghilangkan kesedihan ketika mengkadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
2.      Amal Lahiriah
Amal lahiriah yaitu amal yang dilakukan oleh anggota badan serta dapat diketahui oleh penglihatan dan pendengaran. Amal lahiriah yang dianggap sebagai amal saleh dan memperoleh pahala adalah amal lahiriah yang berdasarkan niat karena Allah semata. Oleh karena itu, amal lahiriah juga sangat berkait erat dengan amal batiniah. Amal lahiriah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu amal lahiriah yang berupa ucapan dan amal lahiriah yang berupa tindakan anggota badan yang lain
a.       Amal lahiriah yang berupa ucapan
Contoh amal lahiriah yang berupa ucapan adalah sebagai berikut.
1)      Nasihat yang Baik
Nasihat yang baik tehadap orang lain merupakan amal saleh.
2)      Ucapan yang Baik
Ucapan yang baik terhadap orang lain merupakn amal saleh yang diperintahkan Allah swt.
3)      Membaca Al-Quran
Membaca Al-Qur’an merupakn amal saleh yang sangat dianjurkan.
b.      Amal Lahiriah yang Berupa Perbuatan
Contoh amal lahiriah yang berupa perbuatan anggota badan adalah sebagai berikut.
1)      Mendirikan Salat dan Menunaikan Zakat
Mendirikan salat dan menunaikan zakat termasuk amal saleh.
2)      Menolong Dalam kebaikan
Sesame muslim dianjurkan saling menolong srbagai salah satu amal saleh bagi mereka.
3)      Berjual beli
Melakukan jual beli tergolong amal saleh jika hal itu dilakukan dengan baik, jujur, dan sesuai tuntunan Islam.
            Disamping perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan diatas, masih terdapat banyak perbuatan lain yang dapat digolongkan sebagai amal saleh. Berbagai macam amal saleh tersebut akan membawa manfaat-manfaat yang dapat dipetik, baik didunia maupun diakhirat. Didunia, amal saleh akan jadi penentu kebahagiaan manusia. Allah swt. Akan menentukan baik buruk kehidupan seseorang berdasarkan perbuatannya. Seseorang yang tekun bekerja didunia dengan cara yang diridhai Allah swt. Akan hidup berbahagia.
            Diakhirat, amal saleh juga akan membawa kebahagiaan. Allah swt. Akan memberikan balasan yang adil atas semua amal yang telah dikerjakan manusia.
Berikut Perbuatan Amal Shaleh Yang Perlu Kita Tingkatkan Untuk Memajukan Umat Islam Saat Ini :
a.       Disiplin dalam Belajar
Tugas seorang pelajar adalah belajar dengan tekun. Dalam hal ini para pelajar dituntut untuk bekerja keras dalam membaca dan menelaah pelajaran. Orang yang senang membaca akan memperoleh ilmu yang banyak. Belajar hendaknya dijauhkan dari hal-hal yang kurang baik (negatif), seperti keramaian, video game, kenakalan remaja atau hal-hal yang kurang baik bagi seorang pelajar. Sebab, pelajar yang sudah mengenal pergaulan di luar rumah akan berakibat fatal. Mereka akan mengabaikan pelajaran di sekolah.
Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan sangat penting. Mereka harus dapat mengarahkan anak-anaknya agar gemar membaca hal-hal yang positif dan melarang membaca bacaan yang dilarang, seperti bacaan pornografi dan lainnya. Orang tua harus mcmpunyai sikap waspada dalam mengawasi putra-putrinya yang masih duduk di bangku sekolah. Karena pada zaman sekarang banyak pelajar yang tidak menghiraukan dirinya sebagai pelajar, sebab mereka sudah mengenal dunia di luar lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau agar para pelajar jangan mudah terkena arus di luar sekolah, seperti minum minuman keras, kebutkebutan dalam mengendarai sepeda motor, dan kenakalan remaja lainnya. Seorang pelajar harus belajar dan menuntut ilmu dengan baik. Sebab, di tangannyalah negara akan maju dan berkembang.
b.      Disiplin dalam Bekerja
Disiplin dalam bekerja adalah modal dasar untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Seorang muslim harus disiplin dalam bekerja, giat berusaha, tidak mengandalkan orang lain, atau bermalas-malasan sambil menantikan uluran tangan orang lain. RasulullahJ . memberikan contoh, sebaik-baik penghasilan adalah usaha sendiri dan penghidupan yang bersumber dari penghasilan usahanya itu. Oleh karena itu, hendaklah rajin dan disiplin dalam bekerja, agar mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dengan tidak lupa mengingat Allah.
Maksud disiplin dalam bekerja adalah menggunakan waktu sebaik-baiknya. Misalnya, seseorang bekerja di perusahaan maka ia harus menaati semua peraturan sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Atau, kita berusaha sendiri dengan kerja keras dan penggunaan waktunya diatur. Dengan demikian akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak. Sehaliknva, orang yang kurang disiplin dalam bekerja maka akan ketinggalan oleh teman-temannya dalam mencapai penghidupan.
Seseorang yang giat bekerja mempunyai tujuan atau angan-angan seakan-akan hidup selama-lamanya. Jadi, setiap hari ia mendapatkan kepuasan dengan keberhasilan usaha atau kerjanya. Tetapi sehaliknva. bagi yang susah untuk memperoleh penghasilan, seakan-akan hidupnya suram, tidak ada gairah dalam menjalani kehidupannya.
Untuk memperoleh keberhasilan yang memuaskan, Islam menggariskan melalui sebuah hadis yang artinya :
"Bekerjalah kamu untuk urusan duniamu seakan-akan kamu akan hisup selamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari." (HR. Al-Baihaqi)
c.       Disiplin dalam Berlalu Lintas
Untuk mencapai ketertiban di jalan raya, setiap pemakai jalan hendaknya mempunyai kesadaran untuk menaati peraturan lalu lintas dalam bentuk rambu-rambu lalu lintas. Untuk menghindari kecelakaan, hindarkanlah gaya kebut-kebutan, sok gengsi kalau diddahului oleh pengendara lain. Apabila masing-masing individu sudah mempunyai kesadaran dalam berlalu lintas maka terciptalah kedisiplinan di jalan raya.
Begitu juga dalam melengkapi surat-surat, pengendara harus memiliki STNK dan SIM. Sebab, seseorang baru diperbolehkan mengendarai sepeda motor atau mobil apabila memiliki SIM (Surat lzin Mengemudi), dan semuanya ini diatur dalam undang-undang lalu lintas.
           
Adapun tujuan pemerintah memberlakukan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 14 Tahun 1992, adalah untuk menertibkan para pemakai jalan di Indonesia yang makin hari makin bertambah, baik jumlah kendaraan, angka pelanggaran lain lintas, maupun angka kecelakaan.
d.      Disiplin dalam Beribadah
Manusia sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya dengan diberi akal untuk berpikir hingga dapat membedakan antara yang benar dan yang batil bahkan untuk mengolah alam semesta. Maka, sudah sepantasnyalah manusia mendekatkan dirinya kepada allah atau bersyukur dengan meningkatkan ibadahnya kepada Allah.
Manusia mengemban amanat yang paling besar, yaitu amanat ibadah dan amanat khalifah. Amanah ibadah artinya manusia wajib menyembah serta tunduk dan patuh hanya kepada Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Bayyinah ayat 5 yang artinya :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah dengan memurnikan ketaatan kepada- Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus, supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Dengan demikian, secara akal maupun wahyu, manusia wajib berhubungan kepada Allah untuk mengabdikan dirinya dengan mendisiplinkan ibadah, seperti mengerjakan shalat, menunaikan zakat, dan amalan lainnya.
e.       Disiplin dalam Masyarakat
Hidup bermasyarakat adalah fitrah manusia. Dilihat dari latar belakang budaya, setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda. Karenanya, setiap manusia memiliki watak dan tingkah laku yang berbeda, namun dengan bermasyarakat, mereka tentu memiliki norma- norma dan nilai-nilai kemasyarakatan serta peraturan yang disepakati bersama, yang harus dihormati dan dihargai. Sebagai bangsa Indonesia yang religius dan berfalsafah Pancasila, tentunya kita harus menaati dan mematuhi nilai-nilai dan norma-norma serta adat yang berlaku pada masyarakat kita.
Sesuai dengan naluri kemanusiaan, tiap anggota masyarakat ingin lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sekiranya tidak ada aturan yang mengikat dalam bemasyarakat sesuai ketentuan yang telah digariskan oleh agama, niscaya kehidupan masyarakat akan kacau balau, karena setiap pribadi dan kelompok akan membanggakan diri pribadi dan kelompoknya masing-masing.
Berdasarkan kenyataan ini, agama Islam menegaskan bahwa manusia yang paling berkualitas di sisi Allah bukanlah karena keturunan atau kekayaan, akan tetapi berdasarkan ketakwaannya. Ketakwaan merupakan perwujudan dari kedisiplinan yang tinggi dalam mematuhi perintah Allah. Ketakwaan adalah harta pusaka yang tidak dapat diwariskan melalui garis keturunan.
Agama Islam mengibaratkan anggota masyarakat itu bagaikan satu bangunan, di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lain mempunyai fungsi berbeda- beda. Manakala salah satu komponen itu rusak maka seluruh bangunan itu akan rusak atau binasa. Hadis Nabi Muhammad . Menegaskan yang artinya "Seorang mukmin dengan mukmin lainnnya bagaikan bangunan yangsebagian dari mereka memperkuat bagian lainnya. Kemudian beliau meneluspkan jari-jari yang sebelah ke jari-jari tangan sebelah lainnya." (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)
f.       Disiplin dalam Penggunaan Waktu
Dalam menggunakan waktu perlu diperhatikan dengan saksama. Waktu yang sudah berlalu tak mungkin akan kembali lagi. Demikian pentingnya arti waktu sehingga berbagai bangsa di dunia mempunyai ungkapan yang menyatakan, "waktu adalah uang",peribahasa Arab menyatakan, "waktu adalah seperti pedang", dan "waktu adalah seperti emas". Kita orang Indonesia menyatakan, "sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna".
Seandainya seorang siswa yang pada waktu belajar di rumah masih terus bermain- main dan pada waktu tidur ia gunakan untuk begadang semalam suntuk, tentu hidupnya menjadi tidak teratur, karena ia tidak pandai menggunakan waktu dengan tepat. Oleh karena itu, hargailah waktu dengan cara berdisiplin dalam merencanakan, mengatur, dan menggunakan waktu yang Allah karuniakan kepada kita tanpa dipungut biaya.

KESIMPULAN

ü  Adil adalah tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan sesuatu dengan lainnya. Dengan demikian, berlaku adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban secara seimbang, tidak memihak, dan tidak merugikan pihak manapun.
ü  Tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan keadilan adalah
a.       Allah swt. Selalu mengawasi semua tindakan manusia.
b.      Allah swt. Melarang manusia berbuat sewenang-wenang karena benci.
c.       Allah swt. Memerintahkan manusia berbuat adil karena hal itu akan mendekatkan diri kepada ketakwaan.
ü  Ridha adalah menerima segala sesuatu dengan senang hati. Orang yang ridha menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak Allah swt.
ü  Ridha diawali dengan sabar yang menurut Imam al-Gazali mempunyai tiga unsure berikut ini.
a.       Ilmu, yaitu pengetahuan dan kesadaran bahwa sabar mengandungan kemaslahatan dalam agama.
b.      Hal, yaitu keadaan hati yang memiliki pengetahuan dan kesadaran tersebut.
c.       Amal, yaitu terwujudnya hal dalam tingkah laku.
ü  Amal saleh adalah segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Kebalikan dari amal saleh adalah amal jelek atau amal sayyi’ah, yaitu amal yang mendatangkan mudarat bagi pelakunya dan orang lain. Amal sayyi’ah akan menutupi hati manusia untuk mengerjakan amal saleh.
ü  Amal saleh terdiri dari amal batiniah dan amal lahiriah. Amal batiniah adalah amal yang dilakukan oleh hati, seperti bersabar, berniat, dan bertawakal. Adapun amal lahiriah adalah amal yang dilakukan oleh anggota badan, seperti nasihat yang baik, ucapan yang baik, dan mendirikan salat.